PARFUM PENANGKAL BAU
Selepas pulang sekolah sekitar jam 2 siang , sesosok wanita kisaran 16 tahun sedang sibuk mencari sisa-sisa sampah berharap untuk bisa dijual. Wanita itu benama Markonah. Markonah hidup sebatang kara ditinggal mati oleh Ayah dan Ibunya. Markonah mengais sisa-sisa sampah untuk makan dan bersekolah. Dia hidup di tengah kota dengan suasana yang kumuh dengan rumah yang cukup sederhana.
Suatu saat, ketika dia sedang mandi tak sadar bahwa sabun
yang dia punya telah habis.Dia berfikir “Kalau beli sekarang pasti aku akan
terlambat nantinya” katanya dalam hati.Tanpa berfikir panjang, seusai mengguyur
seluruh badannya dan menggosok gigi, dia langsung memakai seragam dan pergi
berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah, bel sekolah tepat berbunyi dengan
kerasnya. Markonah pun segera masuk ke kelasnya. Kelas yang Markonah tempati
sekarang, terkenal ramai dan mayoritas wanita yang ada di kelas tersebut suka
pada menggosip.
“Uhh… bau apaan ini !?? Busuk-busuk kayak sampah begini !?”
teriak salah seorang yang ada di kelas itu.“Iya nih, Din.. bau banget menusuk
hidung.” sahut Intan.
“Kira-kira siapa ya yang belum mandi sampai bau kayak
bangkai begini ??” kata Dinda sambil mengendus-endus.“Mungkin bau ini asalnya
dari Markonah, dia ‘kan suka mengais-ngais sampah gitu, bisa saja baunya nempel gak
ilang-ilang.. hahaha” celetuk Afi.
Seisi kelas pun tertawa mendengar ucapan dari mulut Afi.
Dinda, Intan, dan Afi merupakan murid kelas XI IPS 2 yang paling suka
menggosip. Sementara kelas XI IPS 2 merupakan kelas yang ditempati oleh Markonah.
Dinda pun mulai benar-benar mencurigai Markonah dan mendekatinya. Dan benar
saja bau yang menyengat seperi sampah itu berasal dari tubuh Markonah. Markonah
merasa risih karena diendus-endus oleh Dinda.
“Ahh… benar juga yang Afi katakan !!?” Bau yang menyengat
ini ternyata berasal dari Markonah. Dasar Anak Sampahhh !!!” hujat Dinda jijik.
Markonah pun tertunduk lesu seakan langit runtuh ke kepalanya.
Bu Guru pun datang untuk memulai pelajaran pertama. Di
sela-sela pelajaran Bu Guru sudah mulai mencium aroma ketidak beresan seperti
bau sampah yang kian lama kian menyengat dan menusuk hidung. Akhirnya Bu Guru
bertanya perihal bau itu kepada murid-murid, mungkin karena tidak kuat dan
ingin pingsan sehingga Bu Guru menanyakannya.
“Bau apa ini ?? Adakah yang belum mandi !??” tanya Bu Guru
tegas.
“Markonah, Bu Guru !!!!” seisi kelas menjawab dengan
serempak tanpa ada keraguan.
“Apakah betul Markonah !? Kamu belum mandi ??” tanya Bu Guru kalem. “Sudah Bu Guru, hanya saja saya tidak memakai sabun karena habis.” jawab Markonah tertunduk lesu.
“Apakah betul Markonah !? Kamu belum mandi ??” tanya Bu Guru kalem. “Sudah Bu Guru, hanya saja saya tidak memakai sabun karena habis.” jawab Markonah tertunduk lesu.
“Ohh... begitu rupanya..!? Kalau begitu, sekarang kau
keluar sampai pelajaran Bu Guru selesai. Karena bau badanmu ini bisa mengganggu
kosentrasi belajar kawan-kawanmu. Mengerti Markonah !!?” ujar Bu Guru sambil
mengacungkan jari telunjuknya keluar kelas.
“Mengerti, Bu Guru.” jawab Markonah dengan keadaan seolah
tak berdaya.
Markonah akhirnya keluar kelas dan menunggu malaikat datang
untuk menolongnya, tapi itu hanya khayalan dia semata. Sesekali dia mengeluh di
dalam hati, “Kenapa aku begitu cerobohnya, sampai-sampai sabun pun lupa aku
beli. Aku takkan mengulangi lagi kejadian yang memalukan ini.” ucapnya dalam
hati dengan penuh keyakinan.
Menit demi menit, detik demi detik telah berlalu. Markonah
mulai merasa ingin kebelakang. Karena takut nantinya kalau tidak segera buang
air kecil akan menimbulkan penyakit, maka Markonah segera ke kamar mandi lalu
melaksanakan kewajibannya itu. Setelah lega, Markonah kembali menunggu bel
istirahat di depan ruang kelasnya tersebut.
Tak terasa bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa pun keluar
dari kelas dan menuju ke kantin sekolah tuk menghabiskan uang jajan mereka.
Sementara kawan-kawannya pergi, Markonah sibuk mencari cara agar bau badannya
dapat hilang dengan waktu yang singkat. Terlihat dari keseriusan wajahnya dia
berfikir dengan kerasnya. Saat dia sedang berfikir dengan hebatnya, datanglah
segerombolan Geng Tukang Gosip yang telah tenar di seantero sekolahan itu.
“Eh..eh.. ada Markonah tuh.” kata Afi.
“Idih.. masih betah kamu di sini ?? Di sini ‘kan tempatnya orang-orang bersih,
bukan seperti kau !” kata Dinda dengan nada yang tinggi.
“Iya, bener tuh Din !” kata Intan membenarkan.
“Heh kalian-kalian ! Aku memang kotor, hina, tertindas atau
semacamnya. Tapi, aku yakin bisa mengatasi itu semua. Sedangkan kalian-kalian
ini bersih dari luar tapi kotor dari dalam dan susah tuk dibersihkan. Dasar
Tukang Gosip ! Pergi kalian !” ucap Markonah geram.
“Awas kau nanti !” kata Dinda. Mereka pun pergi
meninggalkan Markonah sendirian dan menuju ke kelas.
Seusai kepergian segerombolan tukang gosip itu, Markonah
mulai berfikir keras lagi. Markonah tiba-tiba mendapatkan ide, entah dari
penjaga kantin, tukang cimol, satpam atau apalah, yang penting Markonah
mendapatkan ide yang lumayan cemerlang.
“Emm… temanku ‘kan ada yang sering membawa parfum ke sekolah. Apakah sekarang dia juga membawanya ya ??” ucap Markonah lirih. Markonah pun pergi menuju ke teman dekatnya itu.
“Emm… temanku ‘kan ada yang sering membawa parfum ke sekolah. Apakah sekarang dia juga membawanya ya ??” ucap Markonah lirih. Markonah pun pergi menuju ke teman dekatnya itu.
“Hei, Win ! Kamu bawa parfum gak ?” tanya Markonah.
“Hehehe.. bawa kok, kenapa emangnya ?? Eh badanmu kok bau ?
Mau minta parfumku untuk menangkal bau yang ada di badanmu itu ya ?” tanya
Winda penasaran.
“Iya, boleh ‘kan ? boleh ya ? boleh ya ? tanya Markonah penuh harap.
“Iya, boleh ‘kan ? boleh ya ? boleh ya ? tanya Markonah penuh harap.
“Oke..oke.. ini aku kasih. Mau berapa semprotan ??
“777 semprotan cukup.” jawab Markonah dengan penuh canda.
“777 semprotan cukup.” jawab Markonah dengan penuh canda.
“Hahaha.. bercanda saja kamu itu ya. Serius nih.. Mau
berapa semprotan ? tanya Winda seusai tertawa terbahak-bahak.
“Ya sampai bau ini sirna dari badanku. Hehe.” jawab
Markonah santai.
Si Winda pun menyemprotkan parfumnya yang wangi melati itu
ke seluruh tubuh Markonah.
“Thanks Winda atas parfumnya.” kata Markonah sambil menepuk
pundak Winda.
“Sama-sama Markonah. Baksonya besok ya??” ujar Winda sambil
menahan tawa.
“Haa ? Bakso ? hahahaha.” Mereka pun tertawa lepas.
“Haa ? Bakso ? hahahaha.” Mereka pun tertawa lepas.
Bel masuk pun berbunyi selaras dengan derap kaki Markonah
yang menuju ke kelasnya. Seluruh siswa yang ada di kelas tersebut heran. Kenapa
bau sampahnya sudah hilang sementara Markonah ada di dalam kelas. Seluruh mata
yang ada di kelas itu tertuju kepada Markonah Si Tukang Sampah itu.
“Waw.. belum berapa lama Markonah sudah harum. Nyolong pengharum ruangan di mana ? hahaha.” kata Dinda.
“Eh, sembarangan ya ! Aku bukan nyolong pengharum ruangan, tapi minta parfum teman. Hehehe.” jawab Markonah santai.
“Waw.. belum berapa lama Markonah sudah harum. Nyolong pengharum ruangan di mana ? hahaha.” kata Dinda.
“Eh, sembarangan ya ! Aku bukan nyolong pengharum ruangan, tapi minta parfum teman. Hehehe.” jawab Markonah santai.
Seluruh siswa diam karena Pak Guru telah datang, dan jam
pelajaran pun dimulai kembali. Semenjak kejadian yang memalukan itu Markonah
sadar akan kecerobohannya, selalu teliti jika ingin melakukan sesuatu kegiatan
dan semakin rajin untuk mandi pagi..