My Moments with Some Educations

Pages

Showing posts with label Cerpen. Show all posts
Showing posts with label Cerpen. Show all posts

Wednesday, September 9, 2015

Cerpen "Hadiah Terindah"

HADIAH TERINDAH


            Pagi mulai memunculkan sinarnya. Aji panggilan akrab anak itu sibuk dengan kayuhan sepedanya yang bernafsu ingin segera tiba di sekolahannya. Aji bisa dibilang anak yang berbeda dengan anak SMA kebanyakan. Dia sangatlah suka bergaul namun dengan sejumlah buku, sementara teman-temanya malah dianggap angin lalu. Dan letak perbedaan selanjutnya dia tidak pernah merasakan kejutan, kekagetan, keseruan, meniup lilin ulang tahun di hari ulang tahunnya sendiri. Ya, memang sangatlah miris sekali Aji mungkin karena Aji sendiri yang kurang memiliki sifat supel terhadap semua temannya dan begitulah efeknya. Orang tua yang membesarkannya pun telah larut dalam sibuknya dunia kerja, sehingga orang tuanya tak begitu memperdulikan ulang tahun Aji.
            Orang tua Aji sebenarnya bukan orang tua yang bekerja dengan hasil kerja yang berkecukupan. Orang tuanya hanya orang desa yang diberi pekerjaan oleh saudaranya di kota. Orang tuanya diangkat sebagai pramuniaga di supermarket yang cukup ternama di kota dan diberi ijin tempat tinggal di belakang supermarket tersebut. Ya begitulah tempat tinggal Aji bersama dua orang terkasihnya, tepat di belakang supermarket yang bisa dibilang cukup sempit bahkan lebih sempit dari kolam renang di sinetron-sinetron. Dengan keadaan perekonomian seperti itu Aji tidak heran dan maklum jika orang tuanya lebih memilih sibuk kerja daripada sibuk memikirkan hari ulang tahunya, toh uang kerja dari hasil keringat orang tuanya juga sangat membantu Aji. Sebenarnya Aji tidak terlalu memikirkan ulang tahun konyol yang dipikirkan orang lain. Aji lebih asik dan lebih tertarik dengan buku bacaan pribadinya. Tapi entah kenapa tahun ini dia ingin sesuatu yang lebih menarik daripada hanya sekedar membaca. Terlintas dipikirannya rasa ingin taunya meniup lilin ulang tahun dan kejutan-kejutan di ulang tahunnya tahun ini. Namun di sisi lain dia sadar diri…
“Heh! Sahur! Sahur! Bangun woy! Serius amat yang ngelamunnya! Sadar woy sebentar lagi mau Ujian Akhir! Ini kantin bukan hotel bintang tujuh !” gertak Roy yang membuyarkan lamunannya.
“Eh! Ngapain sih Roy! Lagi sibuk ngelamun nih! Ndak tau betapa asiknya ngelamun ya!?” balas Aji.
“Emang kamu lagi ngelamunin apa? Ngelamunin Diana super bintang di kelas kita itu? Haha! Sadar diri Ji ! Dia besok mau dilamar orang!”
“Muke gile itu cewek! Gila aja aku mikirin dia. Aku ndak mikirin dia kok, aku mah apa atuh. Cuman lagi resah dan gusar aja”.
“kegusaran dan keresahan apa yang sedang melanda dirimu kawan? Ceritakan dan aku siap sebagai pendengar keluh kesahmu” kata Roy yang tak lupa menampilkan tampang kepastiannya.
“Terimakasih kawan telah berbaik hati, namun tak usahlah biar aku tanggung sendiri” jawab Aji sok keren.
“Halahh.. mukamu berlebihan tuh! Yasudah aku mau masuk kelas dulu ya. Sampai nanti” kata Roy yang mulai meninggalkan Aji.
Roy sendiri adalah teman lumayan akrabnya Aji. Seperti halnya Aji, Roy suka gemar membaca buku dari buku pelajaran hingga novel terlaris sekalipun, namun tidak untuk buku gambar karena itu untuk menggambar bukan untuk dibaca.
*******
Aji yang sudah tersadar dari lamunannya mulai bangkit dan menunjukkan jati dirinya. Dan dia teringat sesuatu kalau dia terlambat masuk kelas hingga membuat dia lari terkencing-kencing dan didasar sanubarinya dia berkata “Aduh makk.. hukuman apa nanti yang aku dapatkan?” Aji sampai di depan kelas dengan terengah-engah dan disambut oleh Bu Guru dengan jurus celotehannya. Akibat keterlambatannya, Bu Guru menghukumnya dengan menyuruh Aji membersihkan kamar mandi sekolah. Aji langsung terbirit-birit mengambil alat pembersih kamar mandi seadanya dan membersihkannya sebersih yang Aji mampu. Sembari mengosek dia menyelotehi dirinya sendiri.
Seharusnya tadi aku tidak perlu membayangkannya terlalu jauh! Begini kan jadinya!! Haahh!! Hari apa sih ini!? Apes amat nih hari! Eh bentar!!! Ini kan hari ulang tahunkuu!!!”
*******
Bel pulang sekolah pun berbunyi sekaligus sebagai pertanda mengakhiri hukuman yang diterima oleh Aji. Bergegas Aji membereskan segala peralatan hukumannya sembari menyeka keringat yang mulai mengering itu. Aji yang sudah kelelahan segera melaporkan hukumannya yang telah selesai kepada Bu Guru yang memberikan hukumannya tersebut dan Aji pun bersegera menuju rumahnya. Setibanya di rumah Aji dikagetkan dengan teriakan ibunya.
“Ajiii ! Sini nak!” Teriak sang ibu.
“Iya bu. Ada apa kok teriak-teriak histeris begitu?” Tanya Aji penuh heran.
“Ini ibu punya undangan dari PT Semen Abadi. Undangannya untuk menghadiri perayaan hari jadi PT Semen Abadi yang ke-39 tahun Ji. Aji mau nganterin ibu kan ke acara itu?” Jawab ibunya.
Sejenak Aji berkata dalam hati.. “Keren nih perusahaan.. Tanggal ulang tahunnya sama kayak tanggal kelahiranku.. tapi aku maleslah keluar malem, mending baca buku”. Kemudian Aji berkata kepada ibunya “aku males lah Bu. Mending di rumah lah” sahut Aji dengan wajah mengisyaratkan begitu malasnya anak itu untuk menghadiri acara tersebut.
“Ayolah Ji. Jarang-jarang loh ini acara. Mending ngehadiri acara ini lah daripada mbolak mbalikin lembaran bukumu di rumah.” Ajak ibu penuh harap.
“Sudah lah Ji. Anterin ibumu itu loh. Kasian dia sepertinya kebelet banget ngehadiri acara itu” kata Ayah Aji seraya menepuk pundak Aji dari belakang.
“Eh!? Ayah bikin kaget aku aja! Emm.. iya deh aku anterin”. Tanggap Aji pasrah.
*******
Hari mulai beranjak gelap. Matahari menyembunyikan sinarnya sedang bulan mulai menampakkan kehadirannya. Aji yang tak menyangka di hari ulang tahunnya akan merayakan hari jadinya ke-18 di tengah orang-orang hebat dan di dalam hotel megah bahkan termewah di antara sejumlah hotel di kota tempatnya tinggal. Dipersiapkannya motor yang akan dipergunakannya untuk mengantarkan ibunda tercinta ke acara tersebut.
“Bismillah semoga berkah” begitu lah kata Aji mengawali setiap langkah aktivitasnya.
Seusai sholat isya’ Aji dan ibunya langsung menuju ke hotel yang ada di undangan. Diperjalanan ibunya bertanya sesuatu kepada Aji.Tak terasa keberangkatan mereka berakhir di depan hotel yang tertera di undangan. Mudah betul mencarinya karena hotel tersebut tepat di depan kantor stasiun TV Nasional tertua di Indonesia. Mobil-mobil mewah silih berganti memasuki parkiran hotel membuat decak kagum Aji dan ibunya di pinggir jalan. Mereka sedikit malu dan ragu untuk segera masuk memarkirkan kendaraan mereka. Tiba-tiba malu dan ragu mereka hilang dengan melihat cukup banyaknya juga motor diparkiran. Mereka kemudian masuk dan menambah kekaguman mereka dengan ornament megah yang ada di dalam hotel. Mereka disambut oleh beberapa wanita dan disuruh untuk mengisi daftar hadir. Aji sangat antusias dengan grandprize dan doorprizenya. Wajar saja grandprizenya 1 mobil dan doorprizenya 7 motor. Wanita yang bertugas menyambut tamu berkata kepada ibu Aji
“Ibu, ini bagian yang untuk pengundian doorprizenya harap disobek ya. Bagian yang sobek kami pegang dan ibu membawa undangannya sebagai bukti valid jika ibu mendapatkan doorprize dari perusahaan kami. Semoga sukses, terimakasih atas kedatangannya”.
Mereka pun masuk dan menikmati hidangan yang sudah disediakan. Tanpa keraguan Aji dan ibunya langsung gabung mengantri untuk mengambil makan malam. Setelah mendapatkan makan malam, Aji menunggu ibunya yang masih mengantri seraya mencari kursi untuk makan, karena Agama mereka tidak mengajarkan untuk makan sambil berdiri. Selang beberapa menit akhirnya ibunya mendapatkan makan malamnya.
“Aji.. kenapa kamu clingak-clinguk seperti kebingungan begitu? Kamu kebelet buang air besar? Dijaga ya jangan buang angin di sini! Ibu malu lah!” Tanya ibu heran.
Bukan itu bu. Aku hanya mencari tempat duduk untuk makan. Tapi kenapa dari tadi tidak ada tempat duduk untuk makan? Yang benar saja kita makan sambil berdiri!!?” celoteh Aji dengan kesalnya.
“Ya bagaimana lagi nak? Mungkin ini efek dari budaya barat. Ya maumu gimana? Kita tidak makan saja atau bagaimana nak?” Tanya ibu bingung.
Tidak makan? Aku laper bu. Yaudah daripada makan berdiri kita cari pojokan aja dan makan slonjoran di pojokan itu” kata Aji yang tengah kelaparan.
Aji menepis segala malunya dan mulai menikmati suguhan nikmat yang Aji ambil. Aji dengan lahapnya makan seakan tanpa jeda. Sedang ibunya makan seperti orang kebanyakan makan. Ibunya bahkan tidak kuat untuk menghabiskannya karena tadi dari rumah, ibunya sudah makan. Tanpa diperintah Aji pun membantu menghabiskan makanan ibunya. Selepas mengisi penuh perut, suguhan selanjutnya adalah penampilan dari band-band lokal dan band nasional yang telah ternama. Ya, band nasional itu sudah dikenal di seantero nusantara NIDJI namanya. Seorang Aji tak terbayangkan bisa menikmati sajian gratis kualitas mahal se;perti ini. Beberapa lagu dari NIDJI seakan mengiringi kegembiraan Aji dan Ibunya. Hiburan band-band telah bernyanyian menghibur para tamu dan waktu yang ditunggu-tunggu oleh para tamu. Pengundian grandprize dan doorprize yang menuguras perhatian para tamu mulai diundi. Aji dan ibunya mungkin tidak berharap banyak namun keduanya tak lepas dari memohon kepada Allah untuk bisa memenangkan undian tersebut. Suasanapun menegang, namun ibunya terlihat menikmati kengantukannya. Grandprize mobil telah diundi namun sayang, nomer lain yang tersebutkan. Aji terus berdoa “setidaknya memboyong motor malam ini” gumam Aji. Enam buah motor telah mendapatkan hak miliknya tinggal satu buah yang masih menjadi rahasia illahi. Aji tak lepas untuk memohon kepada Allah..
“Ibu, ayo bantu Aji berdoa. Semoga bisa tembus Bu....” mohon Aji.
“Tembus ? ini undian Ji , bukan lagi togel. Iya pasti ibu bantu lah.” Kata ibu bersungguh-sungguh.
“Okee.. para hadirin.. siapkan jantung masing-masing. Dan inilah nomer undiannya yang berhak mendapatkan sepeda motor yang ke tujuh. Nomernya adalah........ 668 !!” kata pengisi acara penuh semangat.
Aji kemudian mengeceknya bahkan sampai 3 kali. Pengisi acara menunggu tamu yang memenangkan undian motor ke tujuh tersebut. Akhirnya dari tengah bangku tamu ada sesosok muda berlari menuju panggung dan meneriakkan seperti orang kesurupan “Aku menang! Aku menang !!!”. sosok muda yang berteriak tersebut ternyata Aji. Pelajar yang selama hidupnya belum pernah dirayakan ulang tahunnya malam itu mendapatkan hadiah sebuah sepeda motor dan terlebih bisa sepanggung bersama NIDJI karena waktu pembagian hadiah motor Nidji membersamai pemenang di atas panggung.Masih dalam keadaan setengah percaya dan tubuh gemetaran , Aji berkata dalam hatinya “terimakasih Yaa Allah. Ini kah hadiah yang Engkau persembahkan untukku ? ini kah jawaban atas doa-doaku selama ini ? Alhamdulillah”. Tak henti-hentinya Aji bersyukur bahkan di tengah perjalanan pulang Aji masih belum benar-benar percaya dan mengiranya ini hanya sebuah bunga tidurnya yang indah. Dan setibanya di rumah...
“Aji.. ibu mau ngomong.. sini nak duduk sama ibu di depan TV” ajak ibu
“mau ngomong apa Bu ? sebentar ya.” Kata Aji sambil memarkirkan motornya.
“begini nak. Emm.. Ibu takut nak.. sebenarnya undangan ke acara tadi itu untuk pemilik supermarket di depan rumah ini.. ibu takut kalau pihak perusahaan penyelenggara acara tadi menginformasikan ke pemilik supermarket kalau supermarketnya mendapatkan doorprize sepeda motor. Gimana nasib ibu nantinya ? tau kan kalau pemilik supermarket di depan itu orangnya mudah marah walaupun para karyawannya hanya berbuat kesalahan sedikit saja.” Kata ibu cemas.
“Haaa!!? Kenapa ibu tidak bilang dari tadi? Kita kan bisa konfirmasi ke pemilik supermarket untuk mewakili menghadiri undangan itu Bu.” tanya Aji turut cemas.
“Ndak tau nak.. sepertinya ibumu ini udah diarahkan ke undangan itu tanpa ijin terlebih dahulu ke pemilik supermarket” jawab ibu sebisanya.
“yasudah Bu. Besok dilihat saja semoga pemilik supermarket berbaik hati kepada kita” tanggap Aji .
dan benar saja, kecemasan aji dan ibunya terjawab sudah. Pagi-pagi sekali sang pemilik supermarket datang ke rumah Aji. Dengan marah yang sedikit dipendam si pemilik toko berkata kepada Aji dan ibunya.
“Assalamualaikum Budhe..” kata Surya si pemilik supermarket seraya mengetuk pintu rumah Aji. (Budhe adalah panggilan Surya ke ibunya Aji karena Surya adiknya ibunya Aji).
“wa’alaikumsalam.. Ada apa mas ? “tanya ibunya Aji ramah.

“Jadi begini.. apa benar Budhe yang menghadiri undangan dari PT Semen Abadi ? emm.. saya sudah banyak mengatakan jangan terlalu banyak kesalahan. Ini ditambah ada undangan tidak mengabari saya malah berangkat sendiri tanpa bilang ke saya dulu. Jadi sebaiknya Budhe dan sekeluarga ndak tinggal di sini lagi ke desa lagi saja mengurusi nenek di desa. Kasian beliau sudah tua perlu diurus. Dan mohon maaf sebelumnya.. mulai hari ini budhe tidak kerja di sini lagi. Sebaiknya mulai berkemas-kemas dari sekarang. Wassalamu’alaikum” kata surya dengan nada melembut dan meninggalkan Aji sekeluarga.Ibunya Aji kemudian menangis sejadi-jadinya dan terus menerus menyalahkan dirinya sendiri. Aji hanya bisa pasrah terhadap keputusan yang diberikan oleh Surya. Aji bergegas berberes-beres dan meninggalkan rumah yang membesarkannya dari sejak dia balita bahkan motor gratis pun tak dapat Aji kendarai ya begitulah bentuk amarah dari Surya. Aji tersadar bahwa inilah sebenarnya hadiah terindah yang dipersembahkan oleh Allah kepada Aji dan keluarganya.
Share:

Saturday, January 19, 2013

Sadar Lebih Baik (cerpen)



Sadar Lebih Baik

Sadar Lebih Baik (cerpen)

           Tak terasa tenggak demi tenggak telah mereka minum. Dunia yang semula wajar-wajar saja kini menjadi jumpalitan tidak karuan. Efek minuman yang mereka minum semakin menggerogoti jiwa mereka dan raga mereka. Hari mulai pagi dan ayam sudah berkokok saling sahut menyahut. Sementara sinar sudah masuk melalui lubang-lubang kecil genting menyinari mereka, mereka masih tertidur pulas tak sadarkan diri akibat pesta miras semalam. Tak mereka sadari bahwa keluarga mereka sudah menanti di rumah sejak tadi malam. Mereka pergi untuk izin melakukan suatu bisnis di luar, tetapi nyatanya mereka malah pesta miras di suatu ruangan kosong tak berpenghuni di tengah kampung. Lalu, mereka bertiga Plecit, Kamtis, dan Jack memutuskan untuk kembali pulang ke rumah mereka masing-masing.
           Plecit yang masih merasa mual oleh efek alcohol yang ia tenggak semalam terpaksa ikut pulang juga karena takut nantinya dicari anak dan istrinya. Sementara Kamtis dan Jack sudah mulai sadar karena alcohol yang mereka berdua minum kadarnya sedikit ketimbang Si Plecit minum.
‘’Hey cuy, aku pulang duluan ya?’’ Kata Plecit yang masih dalam pengaruh alkohol.
‘’Woke cuy, hati-hati di jalan banyak pohon’’. sahut Kamtis dan Jack.
           Plecit yang pulang sendirian tadi masih belum sadar juga dari pengaruh alcohol. Alhasil dia pun banyak menabrak apapun yang ia lewati temasuk pepohonan sekitar dan ia pun sesekali mengumpat setelah menabrak yang ia lewati di jalan. Sesampainya Plecit di rumah, istrinya langsung mengintrogasinya layaknya seorang koruptor yang sedang dalam persidangan.
‘’Bang, Abang tadi malam kemana? Bisnisnya berhasil sampai mana? Tanya sang istri penuh penasaran.
‘’Bisnis apa? Gak usah banyak nanya deh!’’ Jawab Plecit ketus.
Kian hari ia semakin terhanyut dalam hal bejat itu. Kecanduan hal yang berbau alkohol dan kerap melakukan tindakan kriminal bersama temannya Kamtis dan Jack akibat pengaruh alcohol yang mereka minum, membuat para masyarakat di sekitar resah atas perbuatan yang mereka lakukan.
           
Hingga suatu hari mereka bertiga sepakat untuk bermabuk-mabuk ria di tempat yang biasa mereka gunakan untuk berbuat maksiat tersebut. Tak mereka sadari bahwa ada seorang masyarakat yang tidak sengaja mendengar perbincangan mereka bertiga. Orang yang berhasil menguping perbincangan mereka bertiga itu lalu bergegas menuju ke rumah Pak RW dan melaporkan apa yang akan terjadi nanti malam.
‘’Pak, mereka mau pesta miras lagi pak! Kita harus segera menindak lanjuti hal semacam ini!’’kata seorang masyarakat tersebut tegas.
‘’Mereka siapa yang kamu maksut? Plecit, Kamtis, dan Jack maksut kamu?’’ Tanya Pak RW.
‘’Ya sapa lagi dong pak kalau bukan mereka?’’ jelas seorang masyarakat itu.
           Tak terasa hari telah berganti malam. Plecit, Kamtis, dan Jack tak sadar mereka telah dipantau dari kejauhan oleh Pak RW dan sejumlah masyarakat. Ketiga pria paruh baya itu telah tenggelam dalam buaian alcohol tenggak demi tenggak. Seusai mereka telah dirasa mabuk dan tak berdaya, para masyarakat sudah mulai bergerak. Didobrak lah pintu dengan penuh tenaga oleh salah seorang masyarakat. Braaak! Pintu pun dapat terbuka dengan leluasa. Plecit, Kamtis, dan Jack pun berusaha kabur dari sergapan massa meskipun dalam keadaan mabuk. Tetapi orang mabuk itu tidak sadar dan kemudian dapat dilumpuhkan dalam waktu beberapa menit saja. Mereka kemudian digiring ke tempat yang berwajib untuk segera diadili seadil-adilnya. Keluarga mereka pun turut sedih dan menyesal atas kejadian yang baru saja terjadi. Plecit, Kamtis, dan Jack dijatuhi hukuman penjara selama 4 tahun atas perbuatan yang mereka lakukan.
           Selama mendekam di penjara mereka merenungi hal – hal yang bodoh yang telah mereka lakukan di luar sana. Mereka sesekali memikirkan ke depannya akan mau jadi seperti apa mereka nantinya setelah bebas dari penjara. Apesnya, di dalam penjara mereka bersama napi – napi berdarah dingin yang gampang mudah marah dan tersinggung. Alhasil mereka tidak berapi mau berbuat apa pun. Nyanyi-nyanyi diprotes, nari-nari diprotes, petak umpet diprotes, akhirnya mereka hanya memikirkan masa depan mereka di dalam penjara tersebut sambil menghitung uban mereka yang mereka cabuti satu persatu.


           Satu setengah tahun telah mereka lalui dan kebosananlah yang hanya menemani mereka. Hingga suatu ketika datanglah seorang Ustad yang bernama Ustad Sholeh Pati. Ustad tersebut di masukkan ke dalam penjara bersama Plecit, Kamtis, dan Jack lantaran mendapatkan fitnah oleh seorang santrinya. Ustad tersebut difitnah telah menghamili seorang ibu dapur yang ada di pondok pesantren yang beliau bina. Padahal hal tersebut tidak benar adanya. Setelah perjumpaan dengan Ustad Sholeh Pati, mereka pun saling tukar pikiran dan mencoba untuk mengikuti ajaran agama Islam yang telah Ustad Sholeh Pati terangkan kepada mereka. Akhirnya mereka mengucapkan kedua kalimat syahadat dan mereka pun masuk islam.
           Tak terasa 4 tahun telah berlalu. Masa – masa kelam yang ada di penjara telah mereka lalui dengan lapang dada dan ikhlas. Mereka memutuskan untuk meninggalkan perbuatan mereka di masa lalu dan memunculkan sesuatu yang baru lagi baik di luar sana. Mereka bertiga kemudian ingin memperdalam ajaran Agama Islam yang telah mereka dapatkan sedikit dari Ustad Sholeh Pati. Mereka kini menyadari perbuatan mereka dulu itu dapat membuat nyawa mereka terancam dan mengusik ketenangan orang lain dan menyadari bahwa sadar itu lebih baik.


Share:

Tuesday, February 7, 2012

PARFUM PENANGKAL BAU


PARFUM PENANGKAL BAU

PARFUM PENANGKAL BAU

Selepas pulang sekolah sekitar jam 2 siang , sesosok wanita kisaran 16 tahun sedang sibuk mencari sisa-sisa sampah berharap untuk bisa dijual. Wanita itu benama Markonah. Markonah hidup sebatang kara ditinggal mati oleh Ayah dan Ibunya. Markonah mengais sisa-sisa sampah untuk makan dan bersekolah. Dia hidup di tengah kota dengan suasana yang kumuh dengan rumah yang cukup sederhana.
Suatu saat, ketika dia sedang mandi tak sadar bahwa sabun yang dia punya telah habis.Dia berfikir “Kalau beli sekarang pasti aku akan terlambat nantinya” katanya dalam hati.Tanpa berfikir panjang, seusai mengguyur seluruh badannya dan menggosok gigi, dia langsung memakai seragam dan pergi berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah, bel sekolah tepat berbunyi dengan kerasnya. Markonah pun segera masuk ke kelasnya. Kelas yang Markonah tempati sekarang, terkenal ramai dan mayoritas wanita yang ada di kelas tersebut suka pada menggosip.
“Uhh… bau apaan ini !?? Busuk-busuk kayak sampah begini !?” teriak salah seorang yang ada di kelas itu.“Iya nih, Din.. bau banget menusuk hidung.” sahut Intan.
“Kira-kira siapa ya yang belum mandi sampai bau kayak bangkai begini ??” kata Dinda sambil mengendus-endus.“Mungkin bau ini asalnya dari Markonah, dia ‘kan suka mengais-ngais sampah gitu, bisa saja baunya nempel gak ilang-ilang.. hahaha” celetuk Afi.
Seisi kelas pun tertawa mendengar ucapan dari mulut Afi. Dinda, Intan, dan Afi merupakan murid kelas XI IPS 2 yang paling suka menggosip. Sementara kelas XI IPS 2 merupakan kelas yang ditempati oleh Markonah. Dinda pun mulai benar-benar mencurigai Markonah dan mendekatinya. Dan benar saja bau yang menyengat seperi sampah itu berasal dari tubuh Markonah. Markonah merasa risih karena diendus-endus oleh Dinda.
“Ahh… benar juga yang Afi katakan !!?” Bau yang menyengat ini ternyata berasal dari Markonah. Dasar Anak Sampahhh !!!” hujat Dinda jijik. Markonah pun tertunduk lesu seakan langit runtuh ke kepalanya.
Bu Guru pun datang untuk memulai pelajaran pertama. Di sela-sela pelajaran Bu Guru sudah mulai mencium aroma ketidak beresan seperti bau sampah yang kian lama kian menyengat dan menusuk hidung. Akhirnya Bu Guru bertanya perihal bau itu kepada murid-murid, mungkin karena tidak kuat dan ingin pingsan sehingga Bu Guru menanyakannya.
“Bau apa ini ?? Adakah yang belum mandi !??” tanya Bu Guru tegas.
“Markonah, Bu Guru !!!!” seisi kelas menjawab dengan serempak tanpa ada keraguan.
“Apakah betul Markonah !? Kamu belum mandi ??” tanya Bu Guru kalem. “Sudah Bu Guru, hanya saja saya tidak memakai sabun karena habis.” jawab Markonah tertunduk lesu.
“Ohh... begitu rupanya..!? Kalau begitu, sekarang kau keluar sampai pelajaran Bu Guru selesai. Karena bau badanmu ini bisa mengganggu kosentrasi belajar kawan-kawanmu. Mengerti Markonah !!?” ujar Bu Guru sambil mengacungkan jari telunjuknya keluar kelas.



“Mengerti, Bu Guru.” jawab Markonah dengan keadaan seolah tak berdaya.
Markonah akhirnya keluar kelas dan menunggu malaikat datang untuk menolongnya, tapi itu hanya khayalan dia semata. Sesekali dia mengeluh di dalam hati, “Kenapa aku begitu cerobohnya, sampai-sampai sabun pun lupa aku beli. Aku takkan mengulangi lagi kejadian yang memalukan ini.” ucapnya dalam hati dengan penuh keyakinan.
Menit demi menit, detik demi detik telah berlalu. Markonah mulai merasa ingin kebelakang. Karena takut nantinya kalau tidak segera buang air kecil akan menimbulkan penyakit, maka Markonah segera ke kamar mandi lalu melaksanakan kewajibannya itu. Setelah lega, Markonah kembali menunggu bel istirahat di depan ruang kelasnya tersebut.
Tak terasa bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa pun keluar dari kelas dan menuju ke kantin sekolah tuk menghabiskan uang jajan mereka. Sementara kawan-kawannya pergi, Markonah sibuk mencari cara agar bau badannya dapat hilang dengan waktu yang singkat. Terlihat dari keseriusan wajahnya dia berfikir dengan kerasnya. Saat dia sedang berfikir dengan hebatnya, datanglah segerombolan Geng Tukang Gosip yang telah tenar di seantero sekolahan itu.
“Eh..eh.. ada Markonah tuh.” kata Afi.
“Idih.. masih betah kamu di sini ?? Di sini ‘kan tempatnya orang-orang bersih, bukan seperti kau !” kata Dinda dengan nada yang tinggi.
“Iya, bener tuh Din !” kata Intan membenarkan.
“Heh kalian-kalian ! Aku memang kotor, hina, tertindas atau semacamnya. Tapi, aku yakin bisa mengatasi itu semua. Sedangkan kalian-kalian ini bersih dari luar tapi kotor dari dalam dan susah tuk dibersihkan. Dasar Tukang Gosip ! Pergi kalian !” ucap Markonah geram.
“Awas kau nanti !” kata Dinda. Mereka pun pergi meninggalkan Markonah sendirian dan menuju ke kelas.
Seusai kepergian segerombolan tukang gosip itu, Markonah mulai berfikir keras lagi. Markonah tiba-tiba mendapatkan ide, entah dari penjaga kantin, tukang cimol, satpam atau apalah, yang penting Markonah mendapatkan ide yang lumayan cemerlang.
“Emm… temanku ‘kan ada yang sering membawa parfum ke sekolah. Apakah sekarang dia juga membawanya ya ??” ucap Markonah lirih. Markonah pun pergi menuju ke teman dekatnya itu.
“Hei, Win ! Kamu bawa parfum gak ?” tanya Markonah.
“Hehehe.. bawa kok, kenapa emangnya ?? Eh badanmu kok bau ? Mau minta parfumku untuk menangkal bau yang ada di badanmu itu ya ?” tanya Winda penasaran.
“Iya, boleh ‘kan ? boleh ya ? boleh ya ? tanya Markonah penuh harap.
“Oke..oke.. ini aku kasih. Mau berapa semprotan ??
“777 semprotan cukup.” jawab Markonah dengan penuh canda.
“Hahaha.. bercanda saja kamu itu ya. Serius nih.. Mau berapa semprotan ? tanya Winda seusai tertawa terbahak-bahak.
“Ya sampai bau ini sirna dari badanku. Hehe.” jawab Markonah santai.
Si Winda pun menyemprotkan parfumnya yang wangi melati itu ke seluruh tubuh Markonah.
“Thanks Winda atas parfumnya.” kata Markonah sambil menepuk pundak Winda.
“Sama-sama Markonah. Baksonya besok ya??” ujar Winda sambil menahan tawa.
“Haa ? Bakso ? hahahaha.” Mereka pun tertawa lepas.
Bel masuk pun berbunyi selaras dengan derap kaki Markonah yang menuju ke kelasnya. Seluruh siswa yang ada di kelas tersebut heran. Kenapa bau sampahnya sudah hilang sementara Markonah ada di dalam kelas. Seluruh mata yang ada di kelas itu tertuju kepada Markonah Si Tukang Sampah itu.
“Waw.. belum berapa lama Markonah sudah harum. Nyolong pengharum ruangan di mana ? hahaha.” kata Dinda.
“Eh, sembarangan ya ! Aku bukan nyolong pengharum ruangan, tapi minta parfum teman. Hehehe.” jawab Markonah santai.
Seluruh siswa diam karena Pak Guru telah datang, dan jam pelajaran pun dimulai kembali. Semenjak kejadian yang memalukan itu Markonah sadar akan kecerobohannya, selalu teliti jika ingin melakukan sesuatu kegiatan dan semakin rajin untuk mandi pagi..



Share:

CHOOSE YOUR LANGUAGE

English French German Spain Italian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Followers


Traffic Visitor

Flag Counter