Hari Rabu 23 November 2016 merupakan hari yang bersejarah bagi mahasiswa PAI di UIN SUNAN Kalijaga Yogyakarta. Mengapa bersejarah? Karena tepat di hari dan tanggal tersebut Keluarga Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan kedatangan tamu yang cukup menarik perhatian bagi mahasiswanya maupun para dosen FITK. Tamu tersebut jauh – jauh dari negara barat yaitu Amerika untuk melakukan penelitian menyangkut Pendidikan Agama Islam di SMA-SMA di Yogyakarta. Dengan kedatangan tamu internasional tersebut menggugah para mahasiswa untuk mengadakan sebuah forum dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam kemudian menyelenggarakan sebuah seminar yaitu Seminar Internasiona mengenai Outsider Perspektive dari dua pandangan Mahasiswa Luar negeri yang beragama Islam dan Seorang aktivis perdamain yang beragama Kristen.
Seminal internasional Yang diadakan HMJ PAI tersebut memang tidak hanya sekedar isapan jempol semata karena memang seminar tersebut di awali pembukaan yang menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Setelah dibuka oleh MC, sambutan-sambutan dari para pembesar PAI tidak kalah untuk mengawali forum tersebut. Selepas sambutan-sambutan hangat usai giliran sang moderator yang menguasai jalannya diskusi pagi hari tersebut. Waktu sudah menunjukkan jam 09.00 saatnya moderator membuka jalannya diskusi dan membuka dengan hangat menggukan untaian-untaian kalimat berbahasa inggris yang dipadukan dengan kalimat-kalimat berbahasa indonesia.
Giliran pertama adalah dari Mas Bule bernama Sawyer Martin French yang biasanya dipanggil Martin. Mas Bule kemudian memulai untuk berbicara yang disambut hangat oleh para peserta seminar. Mas Bule yang berkata masih belum begitu lancar dalam berbahasa Indonesia menimbulkan logat kebule-an yang sangat terasa di tengah-tengah dia berbicara. Kurang lebih berikut ini point-point yang bisa saya catat dari presentasi Mas Bule :
- Tidak ada pendidikan agama di sekolah negri (amerika) namun ada pendidikan agama di sekolah swasta
- Jarang ada negara yg 100% sekuler, teokrasi (agama), dan lainnya
- Penelitian antropologi budaya, pesantren
- Penelitiannya lebih kepada intensitas PAI di sekolah negri di jogja
- Guru atau mentoring yg lebih berpengaruh ??
- Guru lebih netral dalam menyampaikan materi pai ? (Ormas,parpol)
- Konteks islam itu sangatlah luas namun apa yg disorot dalam ruang kelas itu apa terlebih dari guru mengajar PAI itu sendiri
- Guru pai sangat berwibawa sehingga di percayai oleh siswanya
- Pai membentuk identitas generasi baru :
1. Penampilan busana (peci,jilbab)
2. Karakter baik, buruk, budaya bangsa (timur tengah marah2, indonesia lebih kalem)
- Pai membentuk pemahaman generasi baru
- Jarang ada negara yg 100% sekuler, teokrasi (agama), dan lainnya
- Penelitian antropologi budaya, pesantren
- Penelitiannya lebih kepada intensitas PAI di sekolah negri di jogja
- Guru atau mentoring yg lebih berpengaruh ??
- Guru lebih netral dalam menyampaikan materi pai ? (Ormas,parpol)
- Konteks islam itu sangatlah luas namun apa yg disorot dalam ruang kelas itu apa terlebih dari guru mengajar PAI itu sendiri
- Guru pai sangat berwibawa sehingga di percayai oleh siswanya
- Pai membentuk identitas generasi baru :
1. Penampilan busana (peci,jilbab)
2. Karakter baik, buruk, budaya bangsa (timur tengah marah2, indonesia lebih kalem)
- Pai membentuk pemahaman generasi baru
Dilanjut seakan tanpa sekat yaitu pembicara kedua yang jauh-jauh dari daerah timur tepatnya Maluku. Usia yang sudah terbilang ibu-ibu namun semangatnya bahkan bisa dibilang lebih muda dari anak Anak Baru Gede (ABG). Ibu Elsye Syauta Latuheru memulai presentasinya dengan semangat yang berkobar-kobar menceritakan bagaimana maluku itu dari dulu hingga sekarang. Berikut merupakan point-point yang saya catat dari penyampaian ibu Elsye :
- maluku tidak ada perbedaan agama mereka semua saudara
- provinsi termiskin namun terbahagia
- sempat ada kemelut islam-nasrani (1999-2002)
- membentuk komunitas relawan BADATI (bersama utk berbagi) di rumahnya dan saling menjalin persaudataan (islam,nasrani) 2011
- islam bukan keras, islam juga mengajarkan cinta kasih (pespektif kristen)
- tidak ada yg salah dari kekerasan namun tidak ada kata terlambat utk menanam benih kebaikan
- maluku daerah ter toleransi nomer 1 di indonesia
Dua pemateri dalm seminat internasional tersebut sangatlah luar biasa dengan materi-materi presentasi yang sederhana namun disajikan atau disampaikan dengan cara yang berbeda dan menarik untuk didengar.
Kesimpulan yang saya dapat simpulkan adalah Agama itu merupakan hal yang pokok yang dibutuhkan untuk siapa saja baik itu muda, tua, paham agama, awam agama. Agama dibutuhkan untuk kebutuhan ilmu pengetahuan, kebutuhan rohani, bahkan bersosialisasi. Tanpa Agama kita tidak bisa mengontrol diri kita sehingga kita bisa seenaknya berperilaku yang tidak benar dan membahayakan satu sama lainnya.
Cukup sekian postingan saya kali ini semoga bisa bermanfaat bagi pembaca. Saya sangat berharap kritikan masukan dari pembaca untuk perbaikan tulisan ini kedepannya. Salam
0 komentar:
Post a Comment