My Moments with Some Educations

Pages

Saturday, January 19, 2013

Sadar Lebih Baik (cerpen)



Sadar Lebih Baik

Sadar Lebih Baik (cerpen)

           Tak terasa tenggak demi tenggak telah mereka minum. Dunia yang semula wajar-wajar saja kini menjadi jumpalitan tidak karuan. Efek minuman yang mereka minum semakin menggerogoti jiwa mereka dan raga mereka. Hari mulai pagi dan ayam sudah berkokok saling sahut menyahut. Sementara sinar sudah masuk melalui lubang-lubang kecil genting menyinari mereka, mereka masih tertidur pulas tak sadarkan diri akibat pesta miras semalam. Tak mereka sadari bahwa keluarga mereka sudah menanti di rumah sejak tadi malam. Mereka pergi untuk izin melakukan suatu bisnis di luar, tetapi nyatanya mereka malah pesta miras di suatu ruangan kosong tak berpenghuni di tengah kampung. Lalu, mereka bertiga Plecit, Kamtis, dan Jack memutuskan untuk kembali pulang ke rumah mereka masing-masing.
           Plecit yang masih merasa mual oleh efek alcohol yang ia tenggak semalam terpaksa ikut pulang juga karena takut nantinya dicari anak dan istrinya. Sementara Kamtis dan Jack sudah mulai sadar karena alcohol yang mereka berdua minum kadarnya sedikit ketimbang Si Plecit minum.
‘’Hey cuy, aku pulang duluan ya?’’ Kata Plecit yang masih dalam pengaruh alkohol.
‘’Woke cuy, hati-hati di jalan banyak pohon’’. sahut Kamtis dan Jack.
           Plecit yang pulang sendirian tadi masih belum sadar juga dari pengaruh alcohol. Alhasil dia pun banyak menabrak apapun yang ia lewati temasuk pepohonan sekitar dan ia pun sesekali mengumpat setelah menabrak yang ia lewati di jalan. Sesampainya Plecit di rumah, istrinya langsung mengintrogasinya layaknya seorang koruptor yang sedang dalam persidangan.
‘’Bang, Abang tadi malam kemana? Bisnisnya berhasil sampai mana? Tanya sang istri penuh penasaran.
‘’Bisnis apa? Gak usah banyak nanya deh!’’ Jawab Plecit ketus.
Kian hari ia semakin terhanyut dalam hal bejat itu. Kecanduan hal yang berbau alkohol dan kerap melakukan tindakan kriminal bersama temannya Kamtis dan Jack akibat pengaruh alcohol yang mereka minum, membuat para masyarakat di sekitar resah atas perbuatan yang mereka lakukan.
           
Hingga suatu hari mereka bertiga sepakat untuk bermabuk-mabuk ria di tempat yang biasa mereka gunakan untuk berbuat maksiat tersebut. Tak mereka sadari bahwa ada seorang masyarakat yang tidak sengaja mendengar perbincangan mereka bertiga. Orang yang berhasil menguping perbincangan mereka bertiga itu lalu bergegas menuju ke rumah Pak RW dan melaporkan apa yang akan terjadi nanti malam.
‘’Pak, mereka mau pesta miras lagi pak! Kita harus segera menindak lanjuti hal semacam ini!’’kata seorang masyarakat tersebut tegas.
‘’Mereka siapa yang kamu maksut? Plecit, Kamtis, dan Jack maksut kamu?’’ Tanya Pak RW.
‘’Ya sapa lagi dong pak kalau bukan mereka?’’ jelas seorang masyarakat itu.
           Tak terasa hari telah berganti malam. Plecit, Kamtis, dan Jack tak sadar mereka telah dipantau dari kejauhan oleh Pak RW dan sejumlah masyarakat. Ketiga pria paruh baya itu telah tenggelam dalam buaian alcohol tenggak demi tenggak. Seusai mereka telah dirasa mabuk dan tak berdaya, para masyarakat sudah mulai bergerak. Didobrak lah pintu dengan penuh tenaga oleh salah seorang masyarakat. Braaak! Pintu pun dapat terbuka dengan leluasa. Plecit, Kamtis, dan Jack pun berusaha kabur dari sergapan massa meskipun dalam keadaan mabuk. Tetapi orang mabuk itu tidak sadar dan kemudian dapat dilumpuhkan dalam waktu beberapa menit saja. Mereka kemudian digiring ke tempat yang berwajib untuk segera diadili seadil-adilnya. Keluarga mereka pun turut sedih dan menyesal atas kejadian yang baru saja terjadi. Plecit, Kamtis, dan Jack dijatuhi hukuman penjara selama 4 tahun atas perbuatan yang mereka lakukan.
           Selama mendekam di penjara mereka merenungi hal – hal yang bodoh yang telah mereka lakukan di luar sana. Mereka sesekali memikirkan ke depannya akan mau jadi seperti apa mereka nantinya setelah bebas dari penjara. Apesnya, di dalam penjara mereka bersama napi – napi berdarah dingin yang gampang mudah marah dan tersinggung. Alhasil mereka tidak berapi mau berbuat apa pun. Nyanyi-nyanyi diprotes, nari-nari diprotes, petak umpet diprotes, akhirnya mereka hanya memikirkan masa depan mereka di dalam penjara tersebut sambil menghitung uban mereka yang mereka cabuti satu persatu.


           Satu setengah tahun telah mereka lalui dan kebosananlah yang hanya menemani mereka. Hingga suatu ketika datanglah seorang Ustad yang bernama Ustad Sholeh Pati. Ustad tersebut di masukkan ke dalam penjara bersama Plecit, Kamtis, dan Jack lantaran mendapatkan fitnah oleh seorang santrinya. Ustad tersebut difitnah telah menghamili seorang ibu dapur yang ada di pondok pesantren yang beliau bina. Padahal hal tersebut tidak benar adanya. Setelah perjumpaan dengan Ustad Sholeh Pati, mereka pun saling tukar pikiran dan mencoba untuk mengikuti ajaran agama Islam yang telah Ustad Sholeh Pati terangkan kepada mereka. Akhirnya mereka mengucapkan kedua kalimat syahadat dan mereka pun masuk islam.
           Tak terasa 4 tahun telah berlalu. Masa – masa kelam yang ada di penjara telah mereka lalui dengan lapang dada dan ikhlas. Mereka memutuskan untuk meninggalkan perbuatan mereka di masa lalu dan memunculkan sesuatu yang baru lagi baik di luar sana. Mereka bertiga kemudian ingin memperdalam ajaran Agama Islam yang telah mereka dapatkan sedikit dari Ustad Sholeh Pati. Mereka kini menyadari perbuatan mereka dulu itu dapat membuat nyawa mereka terancam dan mengusik ketenangan orang lain dan menyadari bahwa sadar itu lebih baik.


Share:

0 komentar:

Post a Comment

CHOOSE YOUR LANGUAGE

English French German Spain Italian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Followers


Traffic Visitor

Flag Counter